Martha Tilaar adalah sosok srikandi sukses yang menekuni bisnis di bidang kosmetik dan jamu tradisional dengan brand dagangnya yang bernama Sariayu.
Perempuan yang kerap disapa Martha tersebut merupakan keturunan darah Jawa dengan kota kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 4 September 1937. Selain itu, Martha juga diketahui sering menggelar event dan festival dengan nama Martha Tilaar.
Perempuan dengan zodiak Virgo yang dikenal sebagai sosok yang cerdas ini menikah dengan H.A.R Tilaar, dari pernikahan tersebut, ia mempunyai empat orang anak yang masing-masing bernama Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, dan Kilala Tilaar.
Kemudian Martha juga mengajak kerja sama dengan Kalbe Farma, dari kerja sama tersebut lahirlah anak usaha bernama Martina Berto yang bergerak dalam bidang kosmetika dan jamu.
Selain itu Martha yang merupakan business women juga memiliki usaha lain di Sentolo, Yogyakarta, usaha tersebut bergerak di bidang kerajinan dengan brand bernama Prama Pratiwi Martha Gallery, uniknya anak usaha tersebut juga memiliki Kampung Jamu Organik di Cikarang, Bekasi.
Lalu sebagai bentuk rasa kepeduliannya terhadap kaum hawa, Martha mendirikan sebuah Yayasan Martha Tilaar. Di yayasan tersebut ia mengedukasi para wanita dan ibu-ibu mengenai ilmu kecantikan. Tujuannya adalah supaya mereka tahu kecantikan, sehingga mereka mampu merawat diri.
Namun, utamanya supaya para hawa ini memiliki keterampilan dalam bidang kecantikan, di mana kecantikan menjadi umpan yang pernah banyak menolong wanita pada saat krisis multidimensi melanda bangsa termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan wanita maupun laki-laki di beberapa perusahaan.
Bagi Martha perempuan adalah sosok yang memiliki peran penting untuk menjaga keutuhan bangsa, sehingga dalam hal ini, ia menginginkan para perempuan tak tertinggal oleh persoalan pendidikan.
Perjalanan Bisnis, Dulu Hingga Kini
Sebelum membuka bisnis di Indonesia, Martha melanjutkan studi di Academy of Beauty Culture ci Amerika Serikat, dan setelah ia menyelesaikan studinya, Martha pun kembali ke Indonesia. Tahun 1969, ia mencoba untuk memulai bisnisnya.
Hal ini diawali dari sebuah garasi sederhana dengan ukuran 4X6 meter yang ada di rumahnya, Ia meracik formula kecantikan menggunakan bahan-bahan alam asli Indonesia.
Ia terus berusaha berinovasi dan mencari resep jamu juga kosmetik yang cocok untuk warga lokal dengan bantuan keluarga besarnya.
Namun sayangnya, perjalanan tersebut tak berjalan mulus. Saat itu kebanyakan orang Indonesia berpikir jika produk impor jauh lebih baik dari pada produk lokal, sehingga dari sini Martha mengalami kendala untuk memasarkan produknya.
Namun, berkat kerja kerasnya, ia berhasil mencuri kepercayaan publik, bahkan ia bisa membuktikan bahwa produknya tidak kalah saing dari produk impor.
Setelah menghadapi berbagai macam rintangan, akhirnya Martha dapat membawa bisnisnya menuju kesuksesan. Hal ini tercermin dari brand usahanya yang disukai banyak konsumen selama puluhan tahun.
Bahkan hingga kini usia perusahaannya mencapai 50 tahun pun, merek dagang Martha Tilaar masih digandrungi banyak masyarakat.
Namun, diketahui, sebelum sesukses sekarang, Martha ingat, bahwa dahulu ia hanya memiliki satu karyawan saat merintis bisnisnya, namun ia tidak menyangka bahwa dari satu itu, kini ia bisa memiliki lebih dari 4 ribu karyawan di perusahaannya.
Ide Mengangkat Kecantikan dan Kearifan Lokal Indonesia
Sedari masih kanak-kanak, Martha diketahui memiliki ketertarikan pada dunia kecantikan. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengambil jurusan tata rias saat ia menempuh studi lanjut di Amerika Serikat. Dalam tugas akhirnya, ia pun diwajibkan untuk membuat paper mengenai tata rias.
Pada awalnya Martha hendak menulis perihal tata rias pada sebuah seni pertunjukan dari wilayah Jawa Timur yang bernama Ludruk. Akan tetapi, hal tersebut ia urungkan sebab ia tidak begitu memahami dan mengenal kesenian tersebut. Sehingga ia memutuskan untuk membuat paper mengenai tata rias pada seni Geisha dari Jepang.
Atas keputusan Martha tersebut, guru pembimbing Martha merasa heran, mengapa ia lebih memilih mengkaji kesenian dari negara lain daripada kesenian asli negaranya sendiri. Hal ini pun membuat Martha merasa malu.
Akibat dari kejadian tersebut, Martha pun berkomitmen untuk melakukan sesuatu tentu yang berkaitan dengan kebudayaan di Indonesia. Hingga pada akhirnya ia pun berjanji untuk pulang ke Indonesia dan melestarikan kebudayaan bangsa melalui seni tata rias.
Ketika sudah di Tanah Air, ia pun mulai merintis usaha kosmetik tubuh dan waja. Saat berjalannya usaha tersebut, di awal ia sempat mendapatkan ide untuk mengunjungi sejumlah dukun beranak di daerah guna bisa mendapatkan resep rahasia dari para dukun beranak untuk perawatan wajah dan tubuh.
Tujuannya ke sana adalah, Martha bermaksud untuk belajar tentang bagaimana cara mengempeskan perut, menghilangkan stretch mark dan kerutan.
Namun akibat sering bolak-balik dukun, ia sempat dituding sebagai orang yang menginginkan kekayaan secara instan. Dan gara-gara isu tersebut, produknya sempat tidak laku dipasaran.
Beruntung, Martha memiliki suami yang selalu mendukung dirinya, sehingga ia mampu bertahan dan melewati semua rintangan yang ada.
Mendapatkan Pengakuan Internasional
Martha Tilaar telah mendapatkan pengakuan dari UN Global Compact sebagai salah satu dari sepuluh orang SDG Pioneers pada 2018 lalu, hal ini dikarenakan Martha memiliki perhatian khusus pada pemberdayaan perempuan di Indonesia.
Selain juga mengenalkan berbagai macam kekayaan alam dan herbal lokal ke internasionall melalui produk-produk dan pelestarian tanaman TOKA lewat Kampoeng Djamoe Organik, Martha juga selalu mengupayakan pemberdayaan perempuan, sehingga perempuan mampu lebih berdaya dalam sosial maupun finansial.
Melakukan Inovasi Secara Konsisten
Martha Tilaar selalu berusaha penuh untuk menciptakan inovasi baru melalui realisasi dalam bentuk produk-produk terbaru yang diciptakan oleh Martha Tilaar Group. Hal ini bisa kita lihat dari balik kisah perjalanan lahirnya jenis lipstik dua warna dalam merek dagang Sari Ayu.
Dalam proses pra pembuatan produk tersebut, Martha melakukan observasi dan terjun langsung ke kota Padang, Sumatera Barat untuk mencari insight baru dari pertemuannya dengan orang yang dituakan di sana.
Martha juga menanyakan warna dasar tanah Minang yang lalu diketahui warna tersebut adalah merah dan kuning.
Martha kemudian mendiskusikan hal tersebut dengan tim kreatif dan produksi perusahaannya, yang mana ia bertujuan untuk mentransformasikan warna merah dan kuning tersebut untuk dijadikan sebagai warna dasar kosmetik.
Dan pada akhirnya, terciptalah lipstik dua warna yang berhasil membuat pendapatan perusahaan tumbuh 400 persen dan mampu menyelamatkan perusahaan di tengah krisis moneter yang melanda.
Itulah, kisah sukses seorang Martha Tilaar yang berhasil membawa dan mengangkat derajat wanita Indonesia yang terkenal hingga ke seluruh dunia. Kisah Wanita Indonesia satu ini bisa menjadi inspirasi para perempuan Indonesia dan juga dunia.